Enam
tahun silam acara bertema reality show yaitu Termehek-mehek menjadi acara yang
paling banyak ditonton oleh kalangan masyarakat karena menguak emosi dan amarah
penontonnya. Awal tahun 2015 tepatnya pada tanggal 4 Mei 2015, stasiun TV yang
sama dengan termehek-mehek memperkenalkan reality show yang menguak emosi dan
amarah penontonnya yaitu Katakan Putus. Katakan Putus adalah sebuah drama acara realitas di Trans TV. Acara ini
menceritakan seseorang yang meminta dicarikan orang dikasihi dan disayanginya
yang tiba-tiba hilang atau telah lama hilang. Acara yang dibawakan Komo
Ricky, Tya Ariestya dan Damita
Romauli Argobieta
yang pada pukul 15.00-16.00 begitu
popular pada tahun 2015. Adapun konsep dari acara Katakan Putus Trans TV
adalah, tim Katakan Putus akan membantu seseorang yang disebut dengan 'klien'
untuk bisa mengatakan putus kepada kekasihnya dengan alasan yang tepat.
Kebanyakan alasan putus adalah karena pacar si 'klien' diam-diam selingkuh.
Untuk itulah, tim Katakan Putus dan 'klien' akan menyelidiki sang kekasih
terlebih dulu sebelum 'eksekusi putus' dikatakan. Takutnya kalau sang kekasih
tidak melakukan kesalahan seperti yang dibayangkan oleh 'klien'.
Kembali ke termehek-mehek acara ini
pernah mendapatkan penghargaan Panasonic Gobel Award di tahun 2009
sebagai program Reality show
terbaik dan menggeser para nominasi lainnya. Tidak sejalan dengan
penghargaan yang didapat,termehek-mehek banyak mendapatkan kritikan oleh para
kalangan masyarakat terutama masyarkat yang melek akan acara TV. Hal itu
disebabkan banyaknya adegan yang berupa kekerasan, cacian, pornografi, dan
lebih banyak membuat efek negative dibandingkan dengan efek positifnya.
Akhirnya di tahun 2012 acara ini berakhir penayangannya. Untuk mengulang kejayaan
realityshow yang dibalut dengan drama menjadikan salah satu alasan Transtv
membuat program acara katakan putus. Hasilnyapun sesuai dengan rencana, katakan
putus menjadi salah satu acara yang memiliki rating yang tinggi, dibuktikan
dengan masuknya katakan putus di daftar 10 besar rating acara TV pada hari Rabu
tanggal 30 September 2015.
Pro
dan Kontra
Setiap sesuatu yang dilakukan oleh
seseorang pasti mendapatkan pro dan kontra termasuk sebuah acara TV. Acara TV yang bagus menurut sekelompok orang
belum tentu akan sependapat dengan kelompok lainnya. Berbicara mengenai orang
yang pro, salah satu blog “natsirjeremias.wordpress.com” mengatakan bahwa katakan putus sebagai acara
hiburan dan memaklumi segala settingan yang ada demi menghibur diri. Selain
itu, dalam tulisanya mengatakan bahwa yang paling disukai dari acara tersebut
adalah dua hostnya yaitu komo dan conchita.
Mengenai yang kontra, pusat kajian media
dan komunikasi ,Remotivi, merilis data sejumlah program yang paling banyak
diadukan selama tahun 2015 ini. Dalam data tersebut, reality show Trans TV
"Katakan Putus" menjadi program yang paling banyak dilaporkan. Data yang dirilis pada hari Rabu (6/1)
tersebut berhasil diperoleh Remotivi melalui aplikasi Android, Rapotivi.
Aplikasi yang diluncurkan pada tanggal 21 Februari 2015 itu telah menerima
sebanyak 1.107 aduan dari 2.655 pengguna aktifnya. Menjadi program yang paling banyak diadukan,
"Katakan Putus" dilaporkan sebanyak 60 pengguna aktif.
Jika dikaitkan dengan Terminologi
Audiens Media yang meliputi market, public, dan citizen. Kebanyakan yang
menyukai acara katakana putus termasuk dari market, yang mana sebagai pasar
dari acara yang mereka tonton. Ciri dari market tidak akan mau ketinggalan
tontonan yang digemarinya bahkan karena terlalu menyukai tontonannya akan meninggalkan pekerjaan yang lebih
penting. Mereka hanya menerima tontonan tanpa memahami dampak dari apa yang
mereka tonton, hal itulah kenapa market dikatakan sebagai audiens yang pasif.
Tipe penonton seperti ini akan membuang waktu yang lebih penting hanya untuk
menonton katakan putus dan meninggalkan segala urusan yang lain. Untuk masyarakat
yang kontra dengan acara katakan putus termasuk dari audiens yang public.
Public merupakan penonton yang proaktif, yang mana apabila tidak menyukai acara
katakana putus maka public akan mengkritik dan bahkan melaporkan acara tersebut
di KPI. Tipe seperti ini sangat cocok untuk membuat masyarakat yang lain untuk
melek terhadap tayangan di TV yang tidak mendidik dan hanya mementingkan
industry.
Melanggar
aturan
Acara katakan putus banyak melanggar
peraturan yang berkaitan dengan Undang-undang penyiaran dan privasi. Banyak
dari adegan di setiap tayangan mengajarkan bagaimana cara membully, kekerasan
dan banyak mengabaikan nilai privasi dalam kehidupan personal seseorang. Acara
inipun membodoh-bodohi penontonnya dengan setiap permasalah yang dihadapi
kliennya. Ada salah satu episode yang mana kliennya adalah seorang perempuan
dan ingin memutuskan hubungan dengan pacarnya. Namun sang klien sangat takut
memutuskan hubungan dengan pacarnya karena takut pacarnya akan membeberkan
rahasianya kepada dosennya. Episode ini menceritakan ketakukan sang klien
(perempuan) kepada pacarnya yang selalu mengancam dan memerasnya, alasan klien
takut karena rahasianya diketahui pacarnya. Rahasi tersebut adalah sang klien
dulu pada saat skripsi meminta pertolongan orang lain untuk mengerjakan
skripsinya. Mari diteliti dengan seksama, jika dipikirkan sang klien mungkin
tidak mau rahasianya terbongkan namun membongkar rahasianya di TV. Hal itu
sangatlah tidak masuk akal, apakah si klien berpikir dosennya tidak memiliki TV
atau berpikir kalau rahasia boleh dibeberkan di TV dan tidak akan ada orang
lain yang mengetahuinya. Dalam epsisode ini sudah sangat jelas sebuah rahasia
dalam kehidupan seseorang adalah sebuah privasi dan mengajarkan bahwa masuk ke
dalam urusan kehidupan pribadi seseorang adalah hal yang wajar.
Di dalam P3-SPS Isu perlindungan terhadap hak Privasi diatur
dalam pasal 13 ayat 1. P3SPS tentang Penghormatan terhadap hak privasi.
Dalam pasal 13 P3-SPS tertulis: (Ayat 1) ”Lembaga Penyiaran wajib
menghormati hak privasi sesorang dalam memproduksi dan menyiarkan suatu program
siaran baik siaran langsung ataupun tidak langsung.” Namun apa yang terjadi, seakan
pihak stasius TV tidak memiliki ide yang kreatif sampai-sampai permasalah orang
lain dijadikan objek cerita untuk dipertontonkan. Meskipun acaranya hanya
rekayasa namun tetap tidak memperhatikan moral dan memberikan pelajaran bahwa
ikut campur dalam urusan orang lain itu sah-sah saja. Perilaku ikut campur
terhadap urusan orang lain dapat mengakibatkan penontonnya mengikuti hal
tersebut. Padahal dalam norma agama melarang ikut campur urusan orang lain,
dalam agam Islam ikut campur dalam urusan orang lain disebut TAJASSUS
(memata-matai). Dalam salah satu ayat dalam surat Al-hujarat dengan tegas
melarang aktivitas TAJASSUS.
Dalam
pasal 36 ayat (5) UU RI No 32 tahun 2002 tentang Isi siaran dilarang bagian
b menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan narkotika dan
obat terlarang. Sudah sangat jelas setiap episode dalam katakan putus
banyak mengandung unsure-unsur kekerasan
baik verbal maupun non verbal. Presenter banyak menggunakan kata-kata yang
kasar dan tidak mendidik. Selain itu apabila sang klien marah-marah
mengungkapkan kata-kata membulli dan saling bertengkar. Pertengkarannyapun
dipertontonkan untuk mendapatkan emosi dari penontonnya walaupun menampilkan
adegan kekerasan adalah hal yang dilarang. Jika acara tersebut ditonton oleh
anak kecil maka dapat mengubah mindset anak tersebut bahwa putus nyambung dalam
hubungan sah-sah saja terlebih dilakukan dengan cara bertengkar.
Apa yang seharusnya
Saat
ini kebanyakan dari program acara di TV hanya berfungsi sebagai hiburan semata
tanpa melihat fungsi edukasi dan
informasi. Rating yang tinggi adalah tujuan dari program acara tanpa memikirkan
dampak dari acaranya. Jika rating tinggi maka akan banyak para pengiklan yang
memasukkan iklannya di acaranya dan keuntungan yang didapatpun besar.
Keuntungan yang besar tanpa mementingkan kebutuhan penontonnya apakah itu yang
menjadi fungsi utama TV. Sebagai masyarakat yang membutuhkan tayangan yang
mendidik, menghibur, dan memberikan informasi sebaiknya melek terhadap media.
Jangan hanya menjadi market dari TV tapi menjadi citizen yang dapat mengkritik
dan melaporkan acara yang tidak mendidik dan banyak melanggar aturan.