huhu

Jumat, 15 April 2016

Saat Televisi Mengajarkan Cara Putus


Enam tahun silam acara bertema reality show yaitu Termehek-mehek menjadi acara yang paling banyak ditonton oleh kalangan masyarakat karena menguak emosi dan amarah penontonnya. Awal tahun 2015 tepatnya pada tanggal 4 Mei 2015, stasiun TV yang sama dengan termehek-mehek memperkenalkan reality show yang menguak emosi dan amarah penontonnya yaitu Katakan Putus. Katakan Putus adalah sebuah drama acara realitas di Trans TV. Acara ini menceritakan seseorang yang meminta dicarikan orang dikasihi dan disayanginya yang tiba-tiba hilang atau telah lama hilang. Acara yang dibawakan Komo Ricky, Tya Ariestya dan Damita Romauli Argobieta yang pada pukul 15.00-16.00  begitu popular pada tahun 2015. Adapun konsep dari acara Katakan Putus Trans TV adalah, tim Katakan Putus akan membantu seseorang yang disebut dengan 'klien' untuk bisa mengatakan putus kepada kekasihnya dengan alasan yang tepat. Kebanyakan alasan putus adalah karena pacar si 'klien' diam-diam selingkuh. Untuk itulah, tim Katakan Putus dan 'klien' akan menyelidiki sang kekasih terlebih dulu sebelum 'eksekusi putus' dikatakan. Takutnya kalau sang kekasih tidak melakukan kesalahan seperti yang dibayangkan oleh 'klien'.
Kembali ke termehek-mehek acara ini pernah mendapatkan penghargaan Panasonic Gobel Award  di tahun 2009  sebagai program Reality show  terbaik dan menggeser para nominasi lainnya. Tidak sejalan dengan penghargaan yang didapat,termehek-mehek banyak mendapatkan kritikan oleh para kalangan masyarakat terutama masyarkat yang melek akan acara TV. Hal itu disebabkan banyaknya adegan yang berupa kekerasan, cacian, pornografi, dan lebih banyak membuat efek negative dibandingkan dengan efek positifnya. Akhirnya di tahun 2012 acara ini berakhir  penayangannya. Untuk mengulang kejayaan realityshow yang dibalut dengan drama menjadikan salah satu alasan Transtv membuat program acara katakan putus. Hasilnyapun sesuai dengan rencana, katakan putus menjadi salah satu acara yang memiliki rating yang tinggi, dibuktikan dengan masuknya katakan putus di daftar 10 besar rating acara TV pada hari Rabu tanggal 30 September 2015.
Pro dan Kontra
Setiap sesuatu yang dilakukan oleh seseorang pasti mendapatkan pro dan kontra termasuk sebuah acara TV.  Acara TV yang bagus menurut sekelompok orang belum tentu akan sependapat dengan kelompok lainnya. Berbicara mengenai orang yang pro, salah satu blog “natsirjeremias.wordpress.com”  mengatakan bahwa katakan putus sebagai acara hiburan dan memaklumi segala settingan yang ada demi menghibur diri. Selain itu, dalam tulisanya mengatakan bahwa yang paling disukai dari acara tersebut adalah dua hostnya yaitu komo dan conchita.
Mengenai yang kontra, pusat kajian media dan komunikasi ,Remotivi, merilis data sejumlah program yang paling banyak diadukan selama tahun 2015 ini. Dalam data tersebut, reality show Trans TV "Katakan Putus" menjadi program yang paling banyak dilaporkan. Data yang dirilis pada hari Rabu (6/1) tersebut berhasil diperoleh Remotivi melalui aplikasi Android, Rapotivi. Aplikasi yang diluncurkan pada tanggal 21 Februari 2015 itu telah menerima sebanyak 1.107 aduan dari 2.655 pengguna aktifnya.  Menjadi program yang paling banyak diadukan, "Katakan Putus" dilaporkan sebanyak 60 pengguna aktif.
Jika dikaitkan dengan Terminologi Audiens Media yang meliputi market, public, dan citizen. Kebanyakan yang menyukai acara katakana putus termasuk dari market, yang mana sebagai pasar dari acara yang mereka tonton. Ciri dari market tidak akan mau ketinggalan tontonan yang digemarinya bahkan karena terlalu menyukai tontonannya  akan meninggalkan pekerjaan yang lebih penting. Mereka hanya menerima tontonan tanpa memahami dampak dari apa yang mereka tonton, hal itulah kenapa market dikatakan sebagai audiens yang pasif. Tipe penonton seperti ini akan membuang waktu yang lebih penting hanya untuk menonton katakan putus dan meninggalkan segala urusan yang lain. Untuk masyarakat yang kontra dengan acara katakan putus termasuk dari audiens yang public. Public merupakan penonton yang proaktif, yang mana apabila tidak menyukai acara katakana putus maka public akan mengkritik dan bahkan melaporkan acara tersebut di KPI. Tipe seperti ini sangat cocok untuk membuat masyarakat yang lain untuk melek terhadap tayangan di TV yang tidak mendidik dan hanya mementingkan industry.
 Melanggar aturan
Acara katakan putus banyak melanggar peraturan yang berkaitan dengan Undang-undang penyiaran dan privasi. Banyak dari adegan di setiap tayangan mengajarkan bagaimana cara membully, kekerasan dan banyak mengabaikan nilai privasi dalam kehidupan personal seseorang. Acara inipun membodoh-bodohi penontonnya dengan setiap permasalah yang dihadapi kliennya. Ada salah satu episode yang mana kliennya adalah seorang perempuan dan ingin memutuskan hubungan dengan pacarnya. Namun sang klien sangat takut memutuskan hubungan dengan pacarnya karena takut pacarnya akan membeberkan rahasianya kepada dosennya. Episode ini menceritakan ketakukan sang klien (perempuan) kepada pacarnya yang selalu mengancam dan memerasnya, alasan klien takut karena rahasianya diketahui pacarnya. Rahasi tersebut adalah sang klien dulu pada saat skripsi meminta pertolongan orang lain untuk mengerjakan skripsinya. Mari diteliti dengan seksama, jika dipikirkan sang klien mungkin tidak mau rahasianya terbongkan namun membongkar rahasianya di TV. Hal itu sangatlah tidak masuk akal, apakah si klien berpikir dosennya tidak memiliki TV atau berpikir kalau rahasia boleh dibeberkan di TV dan tidak akan ada orang lain yang mengetahuinya. Dalam epsisode ini sudah sangat jelas sebuah rahasia dalam kehidupan seseorang adalah sebuah privasi dan mengajarkan bahwa masuk ke dalam urusan kehidupan pribadi seseorang adalah hal yang wajar.
Di dalam P3-SPS Isu perlindungan terhadap hak Privasi diatur dalam pasal 13 ayat 1. P3SPS tentang Penghormatan terhadap  hak privasi. Dalam pasal 13 P3-SPS tertulis: (Ayat 1)  ”Lembaga Penyiaran wajib menghormati hak privasi sesorang dalam memproduksi dan menyiarkan suatu program siaran baik siaran langsung ataupun tidak langsung.” Namun apa yang terjadi, seakan pihak stasius TV tidak memiliki ide yang kreatif sampai-sampai permasalah orang lain dijadikan objek cerita untuk dipertontonkan. Meskipun acaranya hanya rekayasa namun tetap tidak memperhatikan moral dan memberikan pelajaran bahwa ikut campur dalam urusan orang lain itu sah-sah saja. Perilaku ikut campur terhadap urusan orang lain dapat mengakibatkan penontonnya mengikuti hal tersebut. Padahal dalam norma agama melarang ikut campur urusan orang lain, dalam agam Islam ikut campur dalam urusan orang lain disebut TAJASSUS (memata-matai). Dalam salah satu ayat dalam surat Al-hujarat dengan tegas melarang aktivitas TAJASSUS.
Dalam pasal 36 ayat (5) UU RI No 32 tahun 2002 tentang Isi siaran dilarang bagian b menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan narkotika dan obat terlarang. Sudah sangat jelas setiap episode dalam katakan putus banyak  mengandung unsure-unsur kekerasan baik verbal maupun non verbal. Presenter banyak menggunakan kata-kata yang kasar dan tidak mendidik. Selain itu apabila sang klien marah-marah mengungkapkan kata-kata membulli dan saling bertengkar. Pertengkarannyapun dipertontonkan untuk mendapatkan emosi dari penontonnya walaupun menampilkan adegan kekerasan adalah hal yang dilarang. Jika acara tersebut ditonton oleh anak kecil maka dapat mengubah mindset anak tersebut bahwa putus nyambung dalam hubungan sah-sah saja terlebih dilakukan dengan cara bertengkar.

Apa yang seharusnya

Saat ini kebanyakan dari program acara di TV hanya berfungsi sebagai hiburan semata tanpa  melihat fungsi edukasi dan informasi. Rating yang tinggi adalah tujuan dari program acara tanpa memikirkan dampak dari acaranya. Jika rating tinggi maka akan banyak para pengiklan yang memasukkan iklannya di acaranya dan keuntungan yang didapatpun besar. Keuntungan yang besar tanpa mementingkan kebutuhan penontonnya apakah itu yang menjadi fungsi utama TV. Sebagai masyarakat yang membutuhkan tayangan yang mendidik, menghibur, dan memberikan informasi sebaiknya melek terhadap media. Jangan hanya menjadi market dari TV tapi menjadi citizen yang dapat mengkritik dan melaporkan acara yang tidak mendidik dan banyak melanggar aturan.